Bangsa ini merindukan sosok pemimpin
yang bukan sekadar politisi, tetapi juga negarawan. Kriteria negarawan memang
sulit didefinisikan dengan alat ukur. Negarawan adalah orang yang mampu dan
taat azas dalam menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau
mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Berbagai
persoalan yang belum terselesaikan di Indonesia makin lama kian terabaikan,
bahkan terlupakan. Belum tuntas suatu masalah, timbul persoalan yang lain. Maka tak salah kemudian dalam setiap momen
bersejerah bangsa ini kita akanmenjumpai para pemuda yang melakukan sebuah ”revolusi” peradaban mengatasnamakan Nasionalisme. Dalam sejarah bangsa
kita yang mulia ini para pemuda
menorehkan tinta emas sebagai garda terdepan perubahan.
”Dalam setiap
kebangkitan sebuah peradaban di belahan dunia manapun maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu
irama rahasianya”(Hasan Al Banna)
Indonesia, sekilas tak ada ragu akan
kebesaran bangsa yang sumber daya budaya dan manusianya melimpah ruah. Dulu
bangsa inipernah berjaya dengan menyandang gelar macan asia karena perkembangan
ekonomi, teknologi, dan sosoial politiknya yang begitu pesat. Namun kejayaan
itu perlahan tapi pasti mulai runtuhberganti dengan problematika yang patah
tumbuh hilang berganti. Ratah satu tumbuh seribu, hilang kecil muncul lebih
besar.
Permasalahan terkini yang bisa
dengan mudahnya kita ketahui tentu saja permasalahan degradasi moral pemuda dan
kepemimpinan. Tak ada lagi Soekarno yang kharismatik itu, tak ada lagi Buya
Hamka yang cerdas lagi religious itu, tak ada lagi Hatta yang jujur tapi tegas
itu, tak ada lagi Soedirman yang gagah berani itu. Kini sosok-sosok negarawan itu
diganti oleh mereka-mereka yang membawa Indonesia hingga pada kondisi saat ini.
Pertanyaan besar bagi pemuda kini
adalah, mau jadi apakah masa mudamu dan masa depanmu? Kenapa tentang bangsa
kita akan selalu berbicara tentang pemuda? Karena kita bicara masa depan makan
kita akan selalu bicara pemuda, kita akan selalu bicara tentang generasi muda.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan tokoh-tokoh dan pemimpin dunia.seperti
yang pernah disampaikan seorang tokoh pembaharu mesir, Hassan Albanna, “jika
kamu ingin melihat masa depan suatu bangsa, lihatlah keadaan pemudanya”.
Soekarno, proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia dalam pidatonya juga
menegaskan vitalnya peran pemuda terhadap masa depan bangsa. Dalam pidato
tersebut Soekarno mengatakan, “berikan aku seratus orang maka aku akan
memindahkan Gunung Semeru dari tempatnya, tapi berikan aku 10 orang pemuda yang
menggelora cintanya bagi bangsa, maka aku akan mengguncang dunia”. Mengapa
sampai demikian besar perhatian dua tokoh dunia tersebut terhadap pemuda?
Karena potensi yang dimiliki oleh kaum muda merupakan modal utama untuk
membangun bangsa yang lebih baik.
Dewasa ini memang sudah mulai banyak
gerakan-gerakan luar biasa yang dilakukan oleh pemuda bangsa, hal yang paling
terasa adalah dari sektor ekonomi berupa meningkatnya jumlah wirausahawan.
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah wirausahawan per Januari 2012
mencapai 3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia.
Kenaikan ini drastis mengingat pada 2010 tercatat angkanya masih 0,24 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai timbul optimism menuju Indonesia mandiri
secara ekonomi. Namun apakah itu sudah cukup? Kapan akan muncul sosok-sosok
negarawan seperti Soekarno, Hatta, Hamka, Soedirman? Masih jauh rasanya, masih
panjang jalannya. Lalu apakah kita harus menunggu berdiam diri? Jawabannya
bangkit! Setiap diri kita adalah negarawan, setiap diri kita adalah pemimpin.
Setiap kita adalah aktor perubahan bangsa.
Pemuda memiliki peran yang
alamiah, yakni Kepeloporan dan
Kepemimpinan dalam
menggerakkan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat. Dalam perannya
sebagai Pelopor dan Pemimpin, Pemuda harus dibekali dengan tiga aspek penting,
yaitu semangat, kemampuan, dan pengalaman.
Untuk itu, sudah saatnya membangun
optimisme diri sebagai pemuda, sebagai pribadi yang nantinya mengemban tugas
meneruskan perjuangan membangun peradaban bangsa. Diawali dengan optimisme diri
sendiri, optimisme untuk mampu melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat, dan
optimisme untuk memulai segala bentuk kebermanfaat dari sekarang. Karena
nantilah saatnya, hal-hal besar akan terjadi karena kita mampu mengatasi
hal-hal kecil. Setiap diri kita adalah negarawan, setiap diri kita adalah
pemimpin. Setiap kita adalah aktor perubahan bangsa. Mari bangkit, menjadi
satu, untuk Indonesia Optimis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar