Rabu, 05 September 2012

Internalisasi Sarjana Ekonomi Islam dalam Mengahadapi Perdagangan Bebas



Ummi Muthi’ah Fathy
(Mahasiswi Ekonomi Islam Universitas Airlangga)

            Dipicu oleh tantangan kerja sama dalam ekonomi global yang semakin ketat dan keberhasilan panjang kerja sama ASEAN, para pemimpin ASEAN bertekad mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari 2020 menjadi 2015, pada 12th ASEAN Summit, Januari 2007. Lima pilar penguatan yang dilakukan dari sisi ekonomi, yaitu aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan lebih bebasnya aliran modal. Indonesia perlu melihat peluang-peluang yang ada sehingga mampu berperan sebagai pemain dalam MEA 2015, bukan hanya menjadi obyek tempat pemasaran semata. Dengan mayoritas jumlah penduduk di Indonesia yang beragama Islam akan sangat memungkinkan sekali untuk menyebar luaskan virus-virus kebaikan yang bernafaskan Ekonomi Islam yang mampu menjadi benteng sekaligus obat dalam liberalisasi perekonomian global di kawasan ASEAN. Dalam hal ini kita menilik tiga job description yang dirasa mampu untuk turut andil dalam menghadapi permasalahan di atas.
            Yang pertama adalah  sebagai profesional, bahwa Pemuda Islam yang terpelajar diharapkan mampu berkiprah di segala penjuru sektor perekonomian. Sebagai contoh adalah; Bank, Asuransi, Instansi Pemerintah dan lain-lain. Diharapakan pula dari kebanyakan profesional tersebut mampu menduduki posisi-posisi dimana mampu menerapkan nilai-nilai ekonomi Islam dalam tiap aktivitas ekonomi.
 Yang kedua adalah sebagai akademisi, bahwa akademisi di sini berperan sangat besar dalam penanaman falsafah ekonomi Islam dalam jiwa setiap pelaku ekonomi sehingga akan tercermin nilai-nilai Islam dalam setiap aktivitas ekonomi entah sebagai profesional maupun enterpreneur.
            Yang ketiga adalah sebagai enterpreneur, Dalam hal ini kita lebih fokus dalam penguatan kuantitas dan kualitas UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang berbasis syariah diharapkan mampu menjadi Power Source bagi perekonomian Indonesia. UMKM disini berperan sangat besar bagi tulang punggung perekonomian Indonesia dimana menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menunjukkan bahwa UMKM menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Ketiga komponen job description tersebut akhirnya menjadi satu kekuatan besar untuk mampu bertahan dan bekerja sama dalam perekonomian ASEAN. Di sisi lain, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

                        “ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Surah Al Mulk ayat 15).
            Konsep Islami tentang kerja dan usaha pada dasarnya adalah kemauan untuk bekerja dan berusaha. Kemauan itu sendiri muncul dari dalam hati yang paling dalam yang bersumber dari pikiran. Ayat diatas menunjukkan ketegasan bahwasanya Allah Swt. Telah menjadikan kehidupan di bumi itu mudah bagi manusia. Dalam hal ini manusia dituntut untuk kreatif dalam mengoptimalkan potensi diri dan lingkungan sekitarnya.
            Indonesia dalam dekade terakhir ini telah mengalami berbagai permasalahan ekonomi yang cukup rumit sehingga membutuhkan berbagai upaya untuk mengatasi problematika tersebut. Belum selesai dengan permasalahan ekonomi domestik sudah ditambah lagi dengan wacana penandatanganan oleh petinggi-petinggi di kawasan ASEAN untuk membentuk Masyarakat Ekonomi Asean 2015 guna mencapai pasar tunggal dalam kawasan produksi. Hal ini menuntut semua pihak dan semua sektor untuk mulai mempersiapkan diri guna menghadapi perekenomian global di kawasan ASEAN ini supaya kelak tidak hanya mampu bertahan di dalam keras dan derasnya neraca pedagangan namun juga turut andil dalam proses produksi barang dan jasa.
            Sudah semestinya pula peranan dan tanggung jawab sarjana Ekonomi Islam menjawab tantangan perekonomian global ini.
            Apa saja ? Yang pertama ialah dimana intensitas untuk berdiskusi ataupun seminar-seminar yang membahas tentang peran sarjana ekonomi Islam lebih masif lagi dilakukan dengan harapan akan semakin banyak persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ekonomi global di kawasan ASEAN mampu diselesaikan satu persatu atas ijin dan rahmat dari Allah Swt. Serta semangat juang kiprah sarjana ekonomi Islam. Akan lebih efisien dan optimal ketika diskusi dan seminar yang diadakan mampu menghadirkan tokoh-tokoh ataupun institusi-institusi yang memiliki pengaruh dalam menghadapi perekonomian global kelak, contoh; institusi pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat ekonomi syariah (MES) dan lain-lain, sehingga akumulasi yang diharapkan tidak hanya sekedar menjadi teori semata namun dapat diterapkan secara riil guna menyelesaikan persoalan diatas.
Kedua, penigkatan upaya stimulasi untuk melahirkan karya – karya nyata mengenai ekonomi Islam. Sesungguhnya kejatuhan ekonomi Islam tidak dikarenakan hadirnya teori -  teori ekonomi sekuler, namun karena menghilangnya keberadaan dan produktifitas teori – teori ekonomi Islam yang mengikuti perkembangan waktu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada rasa peduli dan komitmen untuk membela keberadaan ekonomi Islam yang terpinggirkan begitu saja. Padahal, ketika karya – karya nyata dalam bentuk karya tulis, penelitian dan teori -teori baru produktifitasnya meningkat, secara otomatis akan meningkatkan daya kekuatan ekonomi Islam. Upaya stimulasi ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan kompetisi penulisan karya tulis, pendanaan riset dan penelitian dan berbagai bentuk kegiatan yang lain.
Ketiga, penanaman kesadaran dan pemahaman mengenai Ekonomi Islam dan berbagai solusi yang ditawarkan untuk mengubah dunia serta perkembangannya sekarang. Ini akan membawa sumber daya insani ekonomi Islam pada karakter mawas diri dan selalu berusaha memperbaiki kemampuan dan nilai diri yang dibawanya. Implikasinya adalah keberanian yang muncul dan tidak pernah lagi ada keraguan untuk belajar & bekerja untuk ekonomi Islam. Mengapa hal ini penting ? Karena tantangan untuk mengembalikan ekonomi Islam sebagai rujukan utama perbaikan kondisi perekonomian bangsa semakin banyak dan terus berdatangan. Ada beberapa kelompok yang tidak setuju dengan ekonomi Islam karena menganggap ekonomi Islam akan membuat Indonesia menjadi negara Islam, atau kelompok – kelompok lain yang mengemukakan berbagai alasan lain yang pada dasarnya tidak menyetujui kehadiran ekonomi Islam sebagai solusi permasalahan ekonomi bangsa.
Ketiga ide di atas barangkali bukanlah sebuah ide yang benar – benar baru, namun perlu penegasan kembali dan perlu digaris bawahi sebagai poin – poin penting perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya insani yang dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi Islam. Dimana penanaman karakter tersebut tidak begitu saja hadir namun merupakan hasil pembelajaran dari buah – buah sejarah bangsa yang pernah menorehkan keberhasilan dan untuk tidak dilupakan. Harapannya agar para pemerhati, pengajar dan para pejuang ekonomi Islam memperhatikan ketiga nilai di atas dan bersama – sama menciptakan kekuatan baru ekonomi melalui sumber daya insani yang berkualitas.

             

Sumber:
Al-Qur`anul karim
Hidayat, Mohamad. 2010. An Introduction to The Sharia Economic. Jakarta: Zikrul Hakim.
www.bps.go.id





Tidak ada komentar:

Posting Komentar