Ummi Muthi’ah Fathy
(Mahasiswi Ekonomi Islam
Universitas Airlangga)
Dipicu oleh tantangan kerja sama
dalam ekonomi global yang semakin ketat dan keberhasilan panjang kerja sama
ASEAN, para pemimpin ASEAN bertekad mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dari 2020 menjadi 2015, pada 12th ASEAN
Summit, Januari 2007. Lima pilar penguatan yang dilakukan dari
sisi ekonomi, yaitu aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil
dan lebih bebasnya aliran modal. Indonesia perlu melihat peluang-peluang
yang ada sehingga mampu berperan sebagai pemain dalam MEA 2015, bukan hanya
menjadi obyek tempat pemasaran semata. Dengan mayoritas jumlah penduduk di
Indonesia yang beragama Islam akan sangat memungkinkan sekali untuk menyebar
luaskan virus-virus kebaikan yang bernafaskan Ekonomi Islam yang mampu menjadi
benteng sekaligus obat dalam liberalisasi perekonomian global di kawasan ASEAN.
Dalam hal ini kita menilik tiga job
description yang dirasa mampu untuk turut andil dalam menghadapi permasalahan
di atas.
Yang pertama adalah sebagai profesional, bahwa Pemuda Islam yang
terpelajar diharapkan mampu berkiprah di segala penjuru sektor perekonomian.
Sebagai contoh adalah; Bank, Asuransi, Instansi Pemerintah dan lain-lain. Diharapakan
pula dari kebanyakan profesional tersebut mampu menduduki posisi-posisi dimana
mampu menerapkan nilai-nilai ekonomi Islam dalam tiap aktivitas ekonomi.
Yang kedua adalah sebagai akademisi, bahwa
akademisi di sini berperan sangat besar dalam penanaman falsafah ekonomi Islam
dalam jiwa setiap pelaku ekonomi sehingga akan tercermin nilai-nilai Islam
dalam setiap aktivitas ekonomi entah sebagai profesional maupun enterpreneur.
Yang ketiga adalah sebagai
enterpreneur, Dalam hal ini kita lebih fokus dalam penguatan kuantitas dan
kualitas UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang berbasis syariah diharapkan
mampu menjadi Power Source bagi
perekonomian Indonesia. UMKM disini berperan sangat besar bagi tulang punggung
perekonomian Indonesia dimana menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2009 menunjukkan bahwa UMKM menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga
kerja. Ketiga komponen job description tersebut akhirnya menjadi satu kekuatan
besar untuk mampu bertahan dan bekerja sama dalam perekonomian ASEAN. Di sisi
lain, Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
“ Dialah yang menjadikan
bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan” (Surah Al Mulk ayat 15).
Konsep Islami tentang kerja dan
usaha pada dasarnya adalah kemauan untuk bekerja dan berusaha. Kemauan itu
sendiri muncul dari dalam hati yang paling dalam yang bersumber dari pikiran.
Ayat diatas menunjukkan ketegasan bahwasanya Allah Swt. Telah menjadikan
kehidupan di bumi itu mudah bagi manusia. Dalam hal ini manusia dituntut untuk
kreatif dalam mengoptimalkan potensi diri dan lingkungan sekitarnya.
Indonesia dalam dekade terakhir ini
telah mengalami berbagai permasalahan ekonomi yang cukup rumit sehingga
membutuhkan berbagai upaya untuk mengatasi problematika tersebut. Belum selesai
dengan permasalahan ekonomi domestik sudah ditambah lagi dengan wacana
penandatanganan oleh petinggi-petinggi di kawasan ASEAN untuk membentuk
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 guna mencapai pasar tunggal dalam kawasan
produksi. Hal ini menuntut semua pihak dan semua sektor untuk mulai
mempersiapkan diri guna menghadapi perekenomian global di kawasan ASEAN ini
supaya kelak tidak hanya mampu bertahan di dalam keras dan derasnya neraca
pedagangan namun juga turut andil dalam proses produksi barang dan jasa.
Sudah semestinya pula peranan dan
tanggung jawab sarjana Ekonomi Islam menjawab tantangan perekonomian global
ini.
Apa saja ? Yang pertama ialah dimana
intensitas untuk berdiskusi ataupun seminar-seminar yang membahas tentang peran
sarjana ekonomi Islam lebih masif lagi dilakukan dengan harapan akan semakin
banyak persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ekonomi global di kawasan
ASEAN mampu diselesaikan satu persatu atas ijin dan rahmat dari Allah Swt.
Serta semangat juang kiprah sarjana ekonomi Islam. Akan lebih efisien dan
optimal ketika diskusi dan seminar yang diadakan mampu menghadirkan tokoh-tokoh
ataupun institusi-institusi yang memiliki pengaruh dalam menghadapi
perekonomian global kelak, contoh; institusi pemerintah, perguruan tinggi,
masyarakat ekonomi syariah (MES) dan lain-lain, sehingga akumulasi yang
diharapkan tidak hanya sekedar menjadi teori semata namun dapat diterapkan secara
riil guna menyelesaikan persoalan diatas.
Kedua,
penigkatan upaya stimulasi untuk melahirkan karya – karya nyata mengenai
ekonomi Islam. Sesungguhnya kejatuhan ekonomi Islam tidak dikarenakan hadirnya
teori - teori ekonomi sekuler, namun
karena menghilangnya keberadaan dan produktifitas teori – teori ekonomi Islam
yang mengikuti perkembangan waktu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada rasa
peduli dan komitmen untuk membela keberadaan ekonomi Islam yang terpinggirkan
begitu saja. Padahal, ketika karya – karya nyata dalam bentuk karya tulis,
penelitian dan teori -teori baru produktifitasnya meningkat, secara otomatis
akan meningkatkan daya kekuatan ekonomi Islam. Upaya stimulasi ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan kompetisi penulisan karya tulis, pendanaan
riset dan penelitian dan berbagai bentuk kegiatan yang lain.
Ketiga,
penanaman kesadaran dan pemahaman mengenai Ekonomi Islam dan berbagai solusi
yang ditawarkan untuk mengubah dunia serta perkembangannya sekarang. Ini akan
membawa sumber daya insani ekonomi Islam pada karakter mawas diri dan selalu
berusaha memperbaiki kemampuan dan nilai diri yang dibawanya. Implikasinya
adalah keberanian yang muncul dan tidak pernah lagi ada keraguan untuk belajar
& bekerja untuk ekonomi Islam. Mengapa hal ini penting ? Karena tantangan
untuk mengembalikan ekonomi Islam sebagai rujukan utama perbaikan kondisi
perekonomian bangsa semakin banyak dan terus berdatangan. Ada beberapa kelompok
yang tidak setuju dengan ekonomi Islam karena menganggap ekonomi Islam akan
membuat Indonesia menjadi negara Islam, atau kelompok – kelompok lain yang
mengemukakan berbagai alasan lain yang pada dasarnya tidak menyetujui kehadiran
ekonomi Islam sebagai solusi permasalahan ekonomi bangsa.
Ketiga ide di atas
barangkali bukanlah sebuah ide yang benar – benar baru, namun perlu penegasan
kembali dan perlu digaris bawahi sebagai poin – poin penting perbaikan dan
peningkatan kualitas sumber daya insani yang dibutuhkan untuk pengembangan
ekonomi Islam. Dimana penanaman karakter tersebut tidak begitu saja hadir namun
merupakan hasil pembelajaran dari buah – buah sejarah bangsa yang pernah
menorehkan keberhasilan dan untuk tidak dilupakan. Harapannya agar para
pemerhati, pengajar dan para pejuang ekonomi Islam memperhatikan ketiga nilai
di atas dan bersama – sama menciptakan kekuatan baru ekonomi melalui sumber
daya insani yang berkualitas.
Sumber:
Al-Qur`anul karim
Hidayat,
Mohamad. 2010. An Introduction to The Sharia Economic. Jakarta: Zikrul Hakim.
www.bps.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar