Oleh : Ummi
Muthi’ah F.
Tetap
bodoh, tetap lapar anti kemapanan..
Tidak
semua orang memahami dengan seketika maksud dari kalimat diatas, pun dengan
judul diatas. Mungkin aneh, dengan ajakan untuk “tetap bodoh” dan “anti
kemapanan”. Namun inilah “mental’ yang harus dimiliki pemuda Indonesia.
Bagaimana tidak, setiap tahun
jumlah pengangguran terdidik di Indonesia kian meningkat, data dari BPS tahun
2009 menunjukkan bahwa jumlah penganggur
terdidik yang telah menamatkan sampai dengan februari 2009 telah mencapai 1,1
juta orang. Secara persentase, jumlah penganggur terdidik juga meningkat
drastis. Penganggur terdidik tercatat mencapai 12% pada Februari 2009, yang
juga meningkat dua kali lipat dari persentase pada 2004 yang hanya mencapai
5,7% (BPS, 2009).
Ironisnya, peningkatan
penganggur di kalangan terdidik terjadi pada saat jumlah pengangguran secara
keseluruhan mengalami penurunan, baik dalam persentase maupun secara absolute.
BPS menunjukkan bahwa jumlah persentase pengangguran terus menurun dari 9,86%
dari angkatan kerja pada 2004 menjadi 8,14% dari angkatan kerja 2009. Demikian
pula secara absolute, jumlah penganggur turun dari 10,25 juta orang pada 2004
menjadi 9,26 juta orang pada 2009.
Fakta diatas sudah cukup
membuktikan, bahwa pendidikan tinggi yang ditempuh banyak pemuda di negeri ini, hanya sekeder
usaha memperoleh gelar “sarjana” belaka. Sementara itu esensi dari pendidikan
itu sendiri tidak membuatnya tuk selalu menjadi pembelajar. Mereka hanya sekedar
kuliah, datang, mendapat nilai dan lulus menjadi sarjana. Jiwa – jiwa
pembelajar pemuda perlu dibangunkan dari tidur panjangnya. Maka tak salah lagi,
perlu adanya penanaman mental “tetap bodoh” bagi seluruh pemuda harapan bangsa.
Agar mereke tidak berpuas diri dengan ilu yang diterima begitu saja, namun juga
ada kepuasan atas usaha memperolehnya. Karena belajar bukan sekedar menerima
banyak ilmu, harus ada jerih payah untuk memperoleh ilmu. Bukan sekedar menjadi
pemuda “pelajar”, tapi lebih dari itu “pemuda pembelajar”.
Dan beginilah sikap pembelajar:
Belajar, dapatkan dan kembalikan. Inilah tiga kunci kebahagiaan. Yang
pertama kejarlah dibangku sekolah, yang kedua bangunlah karir atau bisnis, dan
yang ketiga kembalikan pada orang-orang yang kurang beruntung sebagai rasa
terimakasihmu. (Jack Balowsek)
Setelah memiliki mental tetap
bodoh, pemuda juga harus bermental anti kemapanan. Salah satu penyebab banyak
pemuda pengangguran adalah karena merasa nyaman dengan kondisi hidupnya yang
bergantung pada orang tua. Yaitu fenomena parasit lajang, menurut pakar ekonomi
Profesor Aris Ananta dari National University of Singapore, merupakan
sebutan bagi para generasi muda yang manja dan terlalu bergantung pada orangtua
dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, dengan kata lain adanya jaminan
kelangsungan hidup meski mereka tidak bekerja. Dengan demikian, bagi sebagian
besar dari mereka, tidak bekerja tidak menjadi sebuah masalah besar.
Utuk itu jadilah pemuda yang
Tetap Bodoh, Anti Kemapanan!!!
Daftar Pustaka :
Kasali, Rhenald. 2010. Wirausaha Muda
Mandiri Ketika Anak Sekolah Berbisnis. Jakarta: PT. Gramedia.
furkonable.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar