Rowosari, desa di salah satu Kecamatan
Tembalang, Semarang ini kini terkenal dengan sebutan Banana Village.
Dengan potensi pisangnya, sebenarnya Rowosari memberikan peluang bagi
siapapun untuk memberdayakan desa tersebut. Salah satu komunitas yang
mampu menangkap peluang tersebut yakni lembaga Beastudi Etos. Dalam
proses pemberdayaannya, muncullah sebutan “Banana Village” yang
terangkai dalam program sistematis bernama “Sekolah Desa Produktif”.
Pemberdayaan Sekolah Desa Produktif tersebut kurang lebih sudah berjalan selama dua tahun dengan berbagai hasil yang didapatkan. Dalam bidang kesehatan diadakan senam pagi yang diadakan rutin 2 pekan sekali. Selain itu gotong royong membersihkan lingkunganpun menjadi saran peningkatan kesehata desa tersebut.
Dari segi sosial, maka Beastudi Etos berusaha menggerakkan karang taruna di daerah tersebut. Dari kegiatan tersebulah lahirlah “Perisai” program yang untuk kemudian melahirkan pemuda yang mampu secara mandiri berkontribusi terhadap kemajuan daerahnya. Rumah baca, TPQ dan bimbel pun tidak mau kalah dalam menyumbangkan wujud pemberdayaannya dari bidang pendidikan.
Untuk segi ekonomi, tentu menjadi segi yang paling menonjol. Dengan dampingan dari mahasiswa penerima Beastudi Etos ini, pisang yang selama ini hanya di jual buahnya saja, kini semua bagian pohon pisang dapat menjadi komoditas ekonomi yang menarik. Tidak hanya optimalisasi pohon pisang, namun juga menghasilkan berbagai produk yang unik, kreatif, variatif dan produk kuliner yang tentu lezat.
Gedebong pisang yang selama ini tak banyak dilirik, kini menjadi bahan baku sampo. Sampo Debo, begitu nama produk cairan utnuk keramas ini. Untuk kuliner, ada produk yang bernama Robanna yang merupakan akronim dari Rowosari Bananna. Robanna merupakan makanan kripik pisang dengan berbagai rasa. Selain itu ada pula krupuk bonggol pisang, yang jika kita cicipi, sekilas gurih dan kriuknya seperti kerupuk biasa, namun ternyata ini terbuat dari bonggol pisang, yang tentu kaya akan serat.
Untuk memperkuat dan memperluas jaringan Rowosari ini, maka para penerima Beastudi Etos mengadakan kegiatan Visit Rowosari. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian Temu Etos Nasional (TENs) 2012 yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Mahasiswa dari 14 Universitas di Indonesia (UNAND, USU, UI, IPB, ITB, UNPAD, UGM, UNDIP, UNBRAW, ITS, UNAIR, UNHAS, Universitas Syeh Kuala dan Universitas Mulawarman) pun mengikuti kegiatan ini untuk mendidik kepekaan para pemuda tersebut untuk semakin meningkatkan kontribusinya bagi bangsa.
Acara visit Rowosari yang bertujuan untuk mendidik para negarawan muda ini dihadiri pula oleh Drs. Kusumardono (Kepala BAPERMADES), Ahmad Nur Sodik (Direktur Pengembangan Ekonomi IIBF), Abdul Rofiq (Praktisi Yayasan Bintari), serta salah satu penerima Beastudi Etos yakni Rini Indah Sulistyowati yang secara langsung berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat setempat. Mereka berbagi pengalaman dan juga solusi agar masyarakat Rowosari menjadi lebih berkembang dan maju.
Dengan adanya Visit Rowosari yang merupakan ujung rangkaian TENs (Temu Etos Nasional) 2012, diharapkan para mahasiswa penerima Beastudi Etos menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dihadapi bangsa dan berkontribusi secara nyata dalam membangun karakter generasi muda. Selain itu, akan lebih banyak desa lagi yang seberuntung Rowosari.
Pemberdayaan Sekolah Desa Produktif tersebut kurang lebih sudah berjalan selama dua tahun dengan berbagai hasil yang didapatkan. Dalam bidang kesehatan diadakan senam pagi yang diadakan rutin 2 pekan sekali. Selain itu gotong royong membersihkan lingkunganpun menjadi saran peningkatan kesehata desa tersebut.
Dari segi sosial, maka Beastudi Etos berusaha menggerakkan karang taruna di daerah tersebut. Dari kegiatan tersebulah lahirlah “Perisai” program yang untuk kemudian melahirkan pemuda yang mampu secara mandiri berkontribusi terhadap kemajuan daerahnya. Rumah baca, TPQ dan bimbel pun tidak mau kalah dalam menyumbangkan wujud pemberdayaannya dari bidang pendidikan.
Untuk segi ekonomi, tentu menjadi segi yang paling menonjol. Dengan dampingan dari mahasiswa penerima Beastudi Etos ini, pisang yang selama ini hanya di jual buahnya saja, kini semua bagian pohon pisang dapat menjadi komoditas ekonomi yang menarik. Tidak hanya optimalisasi pohon pisang, namun juga menghasilkan berbagai produk yang unik, kreatif, variatif dan produk kuliner yang tentu lezat.
Gedebong pisang yang selama ini tak banyak dilirik, kini menjadi bahan baku sampo. Sampo Debo, begitu nama produk cairan utnuk keramas ini. Untuk kuliner, ada produk yang bernama Robanna yang merupakan akronim dari Rowosari Bananna. Robanna merupakan makanan kripik pisang dengan berbagai rasa. Selain itu ada pula krupuk bonggol pisang, yang jika kita cicipi, sekilas gurih dan kriuknya seperti kerupuk biasa, namun ternyata ini terbuat dari bonggol pisang, yang tentu kaya akan serat.
Untuk memperkuat dan memperluas jaringan Rowosari ini, maka para penerima Beastudi Etos mengadakan kegiatan Visit Rowosari. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian Temu Etos Nasional (TENs) 2012 yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Mahasiswa dari 14 Universitas di Indonesia (UNAND, USU, UI, IPB, ITB, UNPAD, UGM, UNDIP, UNBRAW, ITS, UNAIR, UNHAS, Universitas Syeh Kuala dan Universitas Mulawarman) pun mengikuti kegiatan ini untuk mendidik kepekaan para pemuda tersebut untuk semakin meningkatkan kontribusinya bagi bangsa.
Acara visit Rowosari yang bertujuan untuk mendidik para negarawan muda ini dihadiri pula oleh Drs. Kusumardono (Kepala BAPERMADES), Ahmad Nur Sodik (Direktur Pengembangan Ekonomi IIBF), Abdul Rofiq (Praktisi Yayasan Bintari), serta salah satu penerima Beastudi Etos yakni Rini Indah Sulistyowati yang secara langsung berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat setempat. Mereka berbagi pengalaman dan juga solusi agar masyarakat Rowosari menjadi lebih berkembang dan maju.
Dengan adanya Visit Rowosari yang merupakan ujung rangkaian TENs (Temu Etos Nasional) 2012, diharapkan para mahasiswa penerima Beastudi Etos menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dihadapi bangsa dan berkontribusi secara nyata dalam membangun karakter generasi muda. Selain itu, akan lebih banyak desa lagi yang seberuntung Rowosari.
Sumber : http://www.beastudiindonesia.net/2012/etos/79-menuju-kemandirian-desa-binaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar